Militer: Russian military operation |
Semarang, Cekfakta - Sebagai negara dengan militer terkuat kedua di dunia, Rusia kini menjadi negara yang paling digemari didunia dalam dunia kemiliteran. Hingga kabar baru-baru ini, data rahasia bocor di publik bahwa Rusia kini menggunakan Tentara bayaran untuk menghadapi keamanan Ukraina dalam pasca konflik yang masih berlangsung.
Aaron Stein, direktur peneliti di badan think tank asal Amerika Serikat, Foreign Policy Research Institute, mengaku kebingungan karena kekuatan tentara bayaran yang diincar Rusia pun terbukti tak mumpuni.
Stein mengutarakan kebingungannya ini setelah melihat sejumlah laporan yang menyatakan, Rusia merekrut kombatan dari Suriah untuk membantu merebut Ibu Kota Ukraina, Kyiv.
"Saya tak bisa membayangkan apa yang mereka butuhkan dari tentara bayaran Suriah. Mereka sangat tak terlatih dan tidak berguna," ujar Stein kepada Al-Monitor.
Ia kemudian berkata, "Mungkin Rusia hanya butuh tubuh lain untuk berdiri lalu tertembak."
Berdasarkan Global Fire Power, saat ini Rusia sendiri menduduki peringkat kedua dari total 140 negara yang memiliki pasukan militer.
Negeri Beruang Merah itu memiliki total 1,35 juta serdadu yang terdiri dari 850 ribu prajurit aktif, 250 ribu tentara cadangan, dan 250 ribu sisanya paramiliter.
Rusia memiliki 4.173 pesawat tempur dan lebih dari 2.000 helikopter. Mereka juga memiliki 12.420 tank, 3.391 peluncur roket, dan 70 kapal selam.
Pengamat lain menganggap, Rusia pakai tentara bayaran lantaran kesulitan menghadapi perlawanan Ukraina yang dianggap "di luar ekspektasi." Konvoi besar militer Rusia yang terhenti di utara Kyiv menjadi salah satu indikasinya.
Sementara itu, kandidat PhD yang sedang meneliti kebijakan pertahanan Rusia di Departemen Studi Perang King's College London, Rob Lee, berpendapat, Moskow memang sudah mulai kekurangan pasukan.
"Jelas Rusia membutuhkan lebih banyak tentara untuk Ukraina. Mereka kemungkinan memakai anggota wajib militer yang seharusnya tak dipakai untuk bertempur," katanya.
Namun, Presiden Vladimir Putin memastikan bahwa Rusia tak akan menerjunkan warga yang sedang mengikuti wajib militer untuk ikut bertempur di Ukraina.
"Tentara yang sedang wajib militer tak akan ikut bertempur. Operasi hanya dilakukan pasukan profesional. Saya yakin mereka menjamin keamanan dan perdamaian dengan efektif," kata Putin, seperti dilansir AFP.
(Makmur)