Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AFP/ADEM ALTAN) |
Kabar Pendidikan - Presiden Turki Recep Tayyip menyebut tangan Presiden Amerika Serikat "penuh darah" karena mendukung dalam konflik di Jalur Gaza.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AFP/ADEM ALTAN) |
Menurut Erdogan, Biden telah monorehkan sejarah dengan tangan berdarah karena dinilai membiarkan kekerasan Israel terhadap Palestina.
"Anda sedang menulis sejarah dengan tangan berdarah," kata Erdogan, Senin (17/5) seperti dikutip dari AFP.
Hal tersebut diungkapkan Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional. Dan itu merupakan salah satu kecaman terkerasnya ke Biden sejak dia resmi menjadi presiden AS pada Januari.
Baca Juga:
Erdogan sebenarnya telah berusaha memperbaiki hubungan dengan AS beberapa bulan belakangan ini. Dia juga mencoba menjangkau sekutu Barat lainnya setelah setahun berselisih.
Tapi dia kali ini mengecam Biden secara langsung dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional.
"Kamu memaksa kami untuk mengatakan ini. Karena kami tidak bisa diam lagi atas ini semua," ujarnya
Erdogan telah mendapatkan dukungan di seluruh Timur Tengah dengan memperjuangkan kemerdekaan Palestina selama 18 tahun pemerintahannya.
Baca Juga:
Dia menuduh Israel melancarkan "terorisme" dan berjanji untuk menggalang dukungan dunia demi membela Gaza.
Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menyinggung langkah Biden menyetujui penjualan senjata berupa bom canggih senilai US$735 juta (sekitar Rp10.5 triliun) kepada Israel.
"Hari ini kami melihat tanda tangan Biden pada penjualan senjata ke Israel," kata Erdogan.
"Wilayah Palestina dibanjiri dengan penganiayaan, penderitaan dan darah, seperti banyak wilayah lain yang kehilangan kedamaian dengan berakhirnya Ottoman. Dan Anda mendukungnya," kata Erdogan kepada Biden.
Dia juga mengecam Austria karena mengibarkan bendera Israel sebagai tanda "solidaritas" dengan negara Yahudi itu pekan lalu.
Baca Juga:
"Saya mengutuk Austria karena menggantungkan bendera negara teror Israel," kata Erdogan.
Erdogan telah melancarkan kampanye diplomatik untuk menjatuhkan sanksi dan hukuman lain terhadap Israel atas serangan militer yang telah merenggut nyawa lebih dari 200 warga Palestina sejak 10 Mei.
Biden sendiri telah mengimbau Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina, segera melakukan gencatan senjata.
Dia menyatakan hal itu dalam sambungan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pernyataan itu menunjukkan kekhawatiran AS terkait serangan udara Israel ke Jalur Gaza. Kendati demikian, pemerintahan Biden berkeras mendukung Israel yang merupakan sekutunya.
Baca Juga:
( Utuma )
Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Belajarlah lagi
Ok